Resep
Dapur Ayah punya cerita tentang kue Apem ini saat tinggal di Jambi
bersama kedua
orang tua. Ibu saya termasuk orang yang tak pernah tinggal diam alias ogah berpangku
tangan. Ada saja yang dikerjakannya. Saya pun begitu. Dulu waktu sekolah yang
namanya minta uang beli buku, harus jauh-jauh hari. Boleh dibilang
hampir tidak pernah jajan. Ya, bapak saya pegawai negeri biasa yang
harus menyekolahkan keenam anaknya dan semuanya perlu biaya. Untuk itulah Ibu yang hanya Ibu rumah tangga biasa, harus putar otak untuk cari tambahan.
|
Kue Apam/Apem
Foto: Dok. ResepDapurAyah |
Ibu, memang sejak masih gadisnya punya keahlian memasak, baik makanan berat
maupun makanan ringan seperti kue basah dan kering. Menjelang malam, saya, kakak pertama, dan Ibu buka warung jual pisang goreng,
kue pastel isi kacang tanah, kumbu (di Jakarta dikenal Gandasturi), Apem, dan
kue-kue lainnya.
Alhamdulillah, tak sampai tengah malam semua habis
terjual. Lumayan ada
untung bisa ditabung dan bisa belanja bahan lagi. Esok pagi harinya pun masih harus
saya sambung berjualan kue tampah aneka rupa keliling
kampung. Keluar selepas salat
subuh saat udara masih dingin-dinginnya. Di aneka kue tampah yang saya junjung itu, tetap terselip kue kesukaan
saya, Apem.
Biasa saya mengeluarkan suara yang lumayan kencang di
subuh itu, “Kueeeee… Kueeee… Roti kukus, pisang goreng, kue apem…”. Juga saya keluarkan suara dengan tak menyebut
jenis-jenis makanan itu tadi, sekadar mengeluarkan suara, “kueeeee…..”. Ga tau ya, gak terbersit rasa malu untuk saya jualan kue kalau pun bertemu
orang atau teman yang saya kenal. Bukan karena kepepet
perlu uang sehingga rasa malu saya abaikan. Bukan hanya mengisi waktu luang saja yang kebetulan sekolah SMP di sore
hari. Tapi, niat saya untuk cari uang sambil sekolah kesampaian.
Nah, di tengah-tengah sedang jajakin dagangan, calon pembeli pertama memanggil saya dan gegas saya hampiri. Belilah pembeli pertama yang lumayan banyak. Saya lanjutkan
perjalanan ngider lagi. Pembeli kedua
pun panggil saya. Rumah dan tempat saya meletakkan tampah kue sekitar 10 meter.
Pembeli kedua minta dibungkuskan, pisang goreng, roti kukus, pastel, dan
beberapa apem.
Selesai bungkus saya ngacir ke rumah pembeli, tapi
sebelumnya saya tutup dagangan di tampah dengan plastik dan daun pisang.
Santailah saya berjalan ke rumah pembeli itu. Selesai kasih bungkusan dagangan,
baliklah saya ke dagangan. Kageeet bukan kepalang! Saya taruh dagangan di
dekat pos siskamling, sudah ditutup plastik dan daun pisang, tapiiiiii… satu
pasukan ayam (induk ayam dan sepuluh anaknya, saya masih inget banget) datang
menerjang dan mencakar-cakar itu kue apem dan teman-temannya.
Ya Tuhan,
dalam hati ngomong, “Ini dagangan masih banyak, mau bilang apa ke Ibu ya?” Waktu
itu masih pukul 5.30 pagi. Tanpa kenal ampun
itu pasukan ayam mengobrak-abrik dagangan saya. Saya ikhlaskan saja apa yang
sudah dipatokin mereka. Itu rezeki ayam di menjelang subuh berakhir. Pulang deh
saya ke rumah gak melanjutkan dagangan. Ya, saya sampaikan ke Ibu apa yang terjadi. Ibu saya hanya
berucap hampir sama seperti yang saya ucapkan dalam hati, “Itu rezekinya ayam
di subuh buta”, ucapnya.
“Saya belajar mengikhlaskan dan di dalam rezeki kita ada punya yang lain. Sedekah jangan lupa.” Itu pelajaran hingga hari ini yang tetap lekat dalam ingatan.
Eiitss Resep Dapur Ayah jadi panjang cerita deh. Nah,
mungkin banyak yang mengira kalau kue apem asli dari Indonesia. Saya telusuri
lebih jauh, ahaaa… jangan sedih ya, ternyata kue ini berasal dari India. Apam
ini sejenis pancake, dibuat dengan
cara fermentasi adonan beras, santan, dan gula. Ini menjadi makanan yang sangat
umum di Kerala, Sri Lanka, juga Tamil Nadu. Biasanya dimakan untuk sarapan pagi
juga untuk makan malam.
Nah,
untuk mengenang Kue Apem ini, Resep Dapur Ayah buat tanpa pewarna.
Bahan
Tepung
beras 500 gr
Tape
singkong 400 gram
Ragi
instant 3 sdt
Gula
pasir 200 gram
Air hangat
250 ml
Cara buat
1.
Haluskan
tape bersama air, kemudian saring.
2.
Masukkan gula pasir, ragi instant, dan tepung beras
sambil diaduk-aduk hingga rata tanpa ada bulir tepung yang tertinggal.
3.
Tutup
dengan plastik wrapping, dan diamkan 1.5-2 jam hingga adonan mengembang.
4.
Ambil
adonan dan aduk-aduk kembali hingga rata.
5.
Tuang
adonan ke dalam cetakan yang sudah diolesi minyak.
6.
Kukus
hingga matang lebih kurang 15-20 menit.
7.
Angkat,
taburi dengan parutan kelapa setengah tua atau parutan keju.
Resep Dapur Ayah mengganti parutan kelapa dengan parutan keju.
Silakan Ayah bereksperimen, semoga berhasil yaa... Semangat!